Hayato Gokudera - Katekyo Hitman Reborn

Jumat, 26 September 2014

Days - Lia Indonesian Version - Frozen Memories.



Hari ini saya akan ngepost lirik terjemahan dari lagunya Lia yang berjudul Days, bisa dibilang Indonesian Versionnya sih. Karna disesuaikan sama nadanya, baru bisa sampai sini doang orz gue stuck di
namida mo karete shimau hodo ni tiba-tiba masa o<-< yaudah, lanjoot aja dah. Kalau mau copas sertakan link blog saya, saya buatnya mati-matian loh, ngerelain begadang dan dimarahin bapak pas ngerjain ini, SAYA CIYUS ELOH :'^) /matilusana.

DAYS - LIA. INDONESIAN VERSION.
 
Imi no nai mama de jikan wa sugite
Waktu berlalu seperti tak ada arti
Rikai shiyou to shite kidzuita
Aku sadar saat ku memahami
Tooku hanareta warai koe ga mou 
Suara tawamu yang di kejauhan kini
Doko ni mo kikoenai
Tak terdengar di manapun
Namida ka Ochiru
Air mataku jatuh

Kore ga mirai yatto iu nara issho
Jika ini masa depan yang terjadi
Yarikirenai asu o tebanashite
Ku kan membuang hari esok yang kejam
Koe no kikoenai basho ni hitori de iiyo
Dan tinggal sendiri di tempat yang tak terjangkau suara
Kureru sekai no namida ushitte

Aku belajar tangis di kegelapan
Afuredasu rifujin o kazoetemo
Menghitung ketidakadilan yang tak berujung
Konna hibi wo okuru imi wa kitto mitsukerarenai na

Tapi tetap saja, ku takkan mengerti makna hari yang tlah kulalui

Rabu, 04 Juni 2014

Original Fiction Semi Novel : Endless Hope (Bab 1)




♭Chocolates Buns..

Angin musim semi yang berhembus menjatuhkan dedaunan tua yang sudah sejak lama menanti untuk diterbangkan. Sinar mentari yang baru muncul tumpah ruah bak ingin segera pergi mencari kebebasan dari kelam dan dinginnya malam. Sang dewi malam kabur, takut sang surya akan menerkam dan menelannya dalam sekali lahap.

Seorang gadis yang diberkahi rambut sewarna coklat murni yang menawan dan mata secerah kanvas biru yang sering kita sebut dengan langit, terlihat sedang melangkahkan kakinya masuk ke dalam gerbang sekolah, dilihat dari seragamnya, jelas sekali ia adalah murid dari sekolah itu. Terlihat beberapa anak lelaki menyapanya, sepertinya ia anak yang cukup populer. Namanya?, kupikir ia akan mengatakannya padamu segera.


エンドレスホペ

Seorang lelaki bersurai pirang melangkahkan kakinya ke dalam kelas, seperti biasa ia selalu memilih bangku paling sudut di sebelah jendela. Kenapa? Alasannya ia tidak suka mendengarkan ocehan gurunya tentang pelajaran. Ditambah lagi tempat itu sangat strategis karna ia bisa melihat pekarangan sekolah yang ditumbuhi aneka tanaman yang menurutnya indah. Somehow, ia suka melakukannya.

Ia menatap keheningan yang terjadi, sepertinya ia terlalu cepat untuk datang ke sekolah, karna tidak ada siapapun di bawah sana. Well, ini rekor pertamanya, biasanya ia selalu terlambat dan terkunci diluar pagar. ‘Sepertinya aku bisa bersantai lebih awal’ pikirnya dalam hati sambil nyengir kuda, membayangkan ia duduk tepat di bawah pohon sakura belakang sekolah.

Ia mengecek arlojinya, memastikan berapa lama lagi bel sekolah akan berdering.

“M-maji..........1” Ia tak percaya dengan apa yang barusan dilihatnya saat ini. Ini horor, sangat-sangat horor. Lelaki itu mencubit lengannya sendiri, sakit. Tidak percaya dengan apa yang barusan dilihat dan dirasakannya, ia mencubit lagi pipinya. Sakit. Ini bukan mimpi...

Ia berlari menyusuri lorong kelas, lima belas menit lagi menuju jam sembilan. Ini sudah sangat-sangat terlambat! ‘Yuuya! Kenapa kau tak membangunkanku ha?!’ Dia mengutuk adiknya sendiri yang tadi pagi tiba-tiba saja menghilang dari rumah. Jujur saja, dia sangat mengandalkan adiknya yang terbilang jenius itu.

Ya, kau tidak salah lihat, adiknya, Yuuya Akarukawa memang anak yang jenius. Dia yang lebih muda darinya dua tahun, tetapi bisa sekelas dengannya. Walaupun sifat sok coolnya itu sedikit mengganggu Reito, tapi dia itu cukup – ulangi! Sangat terkenal di semua kalangan.

BRAK!!

Reito membanting pintu tanpa sengaja, sepertinya tenaganya terlalu kuat. Semua orang menatapnya dengan pandangan polos, ada juga yang nyengir-nyengir tidak jelas, berusaha menahan tawa. Yuuya hanya bisa meringis sambil membentuk tanda peace dari tempat duduknya.

“REITO AKARUKAWA! BERANINYA KAU MENGGANGGU JAM PELAJARANKU! BERDIRI DI LUAR!”

“MAAF!” Ia kembali menutup pintu dengan cara membantingnya. Orang itu memang guru yang menyebalkan.

エンドレスホペ

“Hei, maaf. Siapa namamu tadi?” Seorang anak laki-laki bersurai hitam batubara mencoba menyapa seseorang. Masih ingat gadis yang kuceritakan di awal tadi?

“Yuki.” Jawabnya singkat, dia memang jarang berbicara pada orang yang belum dekat dengannya.

“Oh?, nama yang bagus..” Ia tersenyum, mencoba sedikit ramah, itu bertujuan agar gadis itu mau membantunya, untuk apa ia merelakan waktu belajarnya yang berharga hanya untuk menyampaikan barang?. “Hei, Harukaze-san, bisakah kau tolong aku?, tolong berikan ini pada nii-san2ku yang berada di luar sana. Aku belum membuatkan sarapan untuknya tadi pagi, kau lihat, aku tadi juga sedikit terlambat dan––“

“Sensei!3

“Ya Harukaze-san?”

“Bolehkah aku permisi sebentar ke toliet?”

“Silahkan. Tapi jangan lama-lama karena kau akan ketinggalan banyak dari pelajaranku.” Perempuan yang umurnya berkisar 30-an tahun itu memberi seringaian serigalanya.

“Hai’!4” segera ia langkahkan kakinya keluar dari kelas. Yuki menghela nafas. ‘Akhirnya aku bisa lepas dari anak yang berisik itu.’

エンドレスホペ

 
KRUUK.


“..................Lapar..” Perut Reito meraung dengan ganasnya. Yuuya tidak menyiapkan sarapan untuknya tadi pagi. Hari yang sungguh sial baginya.

“Nih.” Seseorang menyodorkan sebungkus roti coklat. Ia menoleh ke arahnya – gadis yang belum pernah ia lihat sebelumnya – dengan rambut sewarna coklat pasta kesukaannya dan iris biru sejernih lautan.

Ah, entah kenapa Reito merasakan Déjà vu ketika melihat gadis itu.


“Arigatou!5” Reito tersenyum lembut kepadanya. ‘Ah, kau memang ditakdirkan untuk menjadi penyelamatku hari ini!’

“Hn.” Ia hanya mengangguk dan menyandarkan dirinya ke dinding, lalu berangsur-angsur turun sehingga kini posisinya menjadi berjongkok.

“Ne, daijoubu desu?6, perlu kubawa kau ke UKS?” tanya Reito sedikit khawatir. Jujur saja, wajah gadis yang tak diketahui namanya itu terlihat pucat.

“Tidak perlu, dan bisakah kau berhenti berbicara dalam bahasa Jepang?!” gadis itu sedikit membentaknya. Yah, ini semua karna segalanya terasa berputar.

“Ayo naik.”

“Huh?” mata biru langitnya melirik ke arah datangnya suara itu. Yang bisa kulihat kini hanya punggung lelaki itu. ‘Apa dia berniat menggendongku ke UKS?’

“Ayo naik!” ulangnya lagi. ‘Aku sudah mendengarnya bodoh.’ batin gadis itu.

“Tidak mau. Aku bisa berjalan kesana sendirian.” Ia memalingkan wajahnya yang semakin pucat dan mencoba untuk berdiri. Tiba-tiba saja tubuhnya ringan, rasanya seperti terbang. Lalu semuanya menjadi gelap.

エンドレスホペ

“...”

“....e..”

“.....ng.......oi..”

Sayup-sayup sebuah suara terdengar di telinga Yuki, dan semakin lama semakin jelas. Ia pun membuka mata dan menemukan wajah Reito ada tepat di depan wajahnya.

“Hei, bangun!, tidak mungkin selamanya aku akan menunggumu disini!” anak laki-laki yang dipanggil Reito itu dengan polosnya tersenyum riang dan menampakkan gigi-giginya yang putih.

PLAKK!!

Yuki menampar Reito sekuat tenaga sampai ia jatuh terduduk  di sebelah ranjang UKS. “KAU INI BODOH ATAU APA HAH?!” Wajah merah?, tidak. Ia mengeluarkan deathglarenya.

“SAKIIIT!!” Reito berteriak tertahan sambil mengusap-usap pipinya yang merah dengan sedikit warna biru kehijauan di pipinya. Malangnya Reito, gadis itu menamparnya dengan kencang dan tak ada satu pun rasa bersalah di wajahnya.

“Kenapa kau bawa aku kesini?” bukannya meminta maaf atau berterima kasih ia malah menanyakan pertanyaan lain.

“Kenapa?, kau pingsan tentu saja aku harus membawamu kesini.” Ia tersenyum kecil sambil masih meringis kesakitan karna tamparan yang tadi.

“Apa kau tidak tidak ada maksud tertentu?” masih menatapnya dengan penuh kecurigaan.

“Tunggu dulu, aku belum selesai bicara” ia tersenyum sedikit aneh – itu hanyalah senyum biasa, namun entah kenapa terlihat aneh bagi Yuki. “Aku ingin berterima kasih karna kau sudah memberiku roti coklat kesukaanku ini.” Ia mengeluarkan sebungkus roti coklat yang setengah gepeng dari kantongnya. Mungkin ini karna tadi ia menggendong Yuki sampai ke UKS.

“Kau belum memakannya?” Yuki menaikkan sebelah alisnya heran. “Kukira kau lapar.”

“Ya, memang” ia berpikir, memberi sedikit jeda sebelum akhirnya melanjutkan kata-katanya. “Tapi setelah melihat wajahmu aku langsung merasa kenyang.”

“Jangan mencoba menggodaku, aku sudah kebal.” Ia turun dari ranjang UKS, lalu berjongkok di depan Reito. 

“Cepat makan, nanti kau malah sakit.” Katanya dengan wajah datar.

“Walaupun sikapmu dingin ternyata kau perhatian padaku ya?” ia menunjukkan sengiran khasnya, sengiran itu membuatnya berbeda dari pada yang lain di mata Yuki, tersirat sesuatu di dalamnya.

“Jangan salah sangka, lain kali aku tak akan segan-segan menamparmu lagi.”

“Hidoii na..7” wajahnya langsung berubah cemberut, namun kembali seperti sedia kala dalam beberapa detik.

“Nih.. makan..” Reito melemparkan roti coklat yang tadi diberikan Yuki kearahnya. Yuki dengan siaga menangkap roti itu.

“Huh?, ada apa lagi denganmu?, apa sekarang giliranmu yang sakit?” gadis itu masih heran dengan apa yang laki-laki itu lakukan.

“Makanlah, kau lapar kan?, lagipula aku tadi pagi membawa roti coklat juga.” Ia mengeluarkan bungkusan itu dan memamerkan deretan giginya yang putih.

“Jadi untuk apa aku susah-susah melewatkan jam pelajaranku yang berharga hanya untuk memberikan roti coklatmu yang adikmu titipkan padaku?!!” Yuki itu berniat untuk menempeleng kepala anak itu lagi, tapi mengingat dia sudah berbaik hati membawanya kesini, Yuki mengurungkan niatnya.

“Jadi Yuuya yang menitipkan roti itu padamu?, apa dia merepotkanmu?”

“Sejujurnya dia itu sedikit menyebalkan dengan sikap sok coolnya itu, dia sama saja sepertimu.”

“A-APA?!, hhh... baiklah..” Reito menundukkan kepala pasrah dengan jawaban yang ada. Orang yang baru saja bertemu dengan Yuuya dan Reito pasti akan menganggap mereka seperti pinang dibelah dua.

“Ayo cepat makan, lalu kita kembali ke kelas.” Yuki membuka bungkus roti itu dan bersiap-siap memakannya. Dengan sigap Reito menyumpal mulutnya dengan roti coklat yang ada ditangannya dan menggigit roti yang ada di tangan Yuki.

“Hmph?!” segera ia melepaskan roti yang kini sedang menyumpal mulutnya. “Apa-apaan tadi itu!!?”

“Kupikir seorang gadis tidak layak untuk memakan roti yang setengah gepeng itu, jadi sebelum kau memakannya, aku menyumpal mulutmu dengan roti yang bentuknya masih bagus.”
 
“Dasar.. kau ini..” Gadis itu memalingkan wajahnya, menatap keluar jendela. Samar-samar senyum itu terlukis di wajahnya. Musim semi memang membawa banyak kenangan..